
Why can't i use compostable bags?
Mengapa Saya Tidak Bisa Menggunakan Kantong Kompos?
Kantong kompos merupakan salah satu alternatif yang populer dalam upaya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Tidak seperti kantong plastik biasa yang tidak terurai dalam waktu yang lama, kantong kompos dapat terurai dengan cepat di alam dan secara alami. Namun, meskipun bahannya yang ramah lingkungan, masih ada beberapa alasan mengapa kita tidak bisa sepenuhnya menggunakan kantong kompos dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu alasan utama adalah infrastruktur yang tidak memadai. Keberadaan fasilitas pengomposan yang cukup di daerah-daerah mungkin menjadi kendala utama dalam mengadopsi penggunaan kantong kompos. Untuk memproses kantong kompos, diperlukan suhu dan kelembaban yang tepat, serta sirkulasi udara yang baik. Jika tidak ada fasilitas pengomposan yang memadai, maka kantong kompos tidak akan terurai dengan baik dan akhirnya akan menjadi sampah yang mengotori lingkungan.
Selain itu, penggunaan kantong kompos juga dapat mengganggu proses pengomposan yang sudah ada. Dalam pengomposan yang efisien, suatu "rentang hijau dan coklat" harus diperhatikan. Rentang hijau meliputi bahan organik segar seperti sisa makanan dan rumput, sedangkan rentang coklat melibatkan bahan organik kering seperti daun kering dan jerami. Penggunaan kantong kompos dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam rentang ini, karena bahan dalam kantong kompos cenderung lebih basah dan dapat menghambat sirkulasi udara dalam tumpukan kompos.
Selanjutnya, kantong kompos yang dibuat dari bahan alami seperti pati jagung atau kentang juga dapat menyebabkan kontaminasi dalam proses pengomposan. Meskipun bahan-bahan ini dapat terurai, mereka juga dapat menciptakan zat-zat yang tidak diinginkan ketika terurai. Misalnya, beberapa kantong kompos mengandung polimer poli-asetat vinil yang lebih dikenal sebagai PVAc, yang diperoleh dari lemak babi. Jika kantong ini terurai dalam proses pengomposan, dapat menghasilkan bau yang tidak sedap atau merusak kualitas kompos.
Selain itu, meskipun ada banyak kantong kompos yang diklaim sebagai "ramah lingkungan", pada kenyataannya tidak semua kantong kompos benar-benar terbuat dari bahan yang dapat terurai sepenuhnya. Beberapa di antaranya masih mengandung bahan sintetis seperti asam polilaktat (PLA), yang membutuhkan kondisi industri khusus untuk terurai sepenuhnya. Jika kantong kompos yang mengandung bahan sintetis ini tercampur dengan kompos organik, maka akan menciptakan kontaminasi dan merusak kualitas kompos tersebut.
Selain masalah pemanfaatan dan kontaminasi, biaya juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan ketika menggunakan kantong kompos. Kantong kompos cenderung lebih mahal daripada kantong plastik biasa yang tersedia di pasaran. Meskipun secara jangka panjang penggunaan kantong kompos bisa lebih ekonomis, namun pada awalnya pengeluaran ini mungkin memberikan beban keuangan bagi banyak orang.
Terkadang, penggunaan kantong kompos juga memerlukan pemahaman yang lebih dalam tentang pengolahan limbah organik dan pengomposan. Banyak orang masih kurang mengenal kebutuhan dan proses pengomposan bahan organik secara benar. Dalam hal ini, edukasi tentang penggunaan dan pengolahan kantong kompos serta manfaatnya perlu disosialisasikan agar masyarakat dapat memahami pentingnya kantong kompos dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dalam kesimpulannya, meskipun kantong kompos merupakan pilihan yang lebih ramah lingkungan daripada kantong plastik sekali pakai, masih ada beberapa hambatan yang menghalangi penggunaannya secara luas. Infrastruktur yang tidak memadai, penggangguan pada proses pengomposan, kemungkinan kontaminasi, biaya yang lebih tinggi, dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang penggunaan dan pengolahan limbah organik menjadi beberapa alasan mengapa kita tidak bisa sepenuhnya menggunakan kantong kompos. Namun, dengan kesadaran yang meningkat tentang pentingnya penggunaan yang ramah lingkungan, harapannya adalah bahwa tantangan ini dapat diatasi dan kantong kompos dapat menjadi solusi yang lebih berkelanjutan dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.